Senin
(04/04/2016) kemarin mahasiswa Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Institut Pesantren Mathali’ul Falah (KPI IPMAFA) kedatangan tamu istimewa
dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Adalah Mohammad Zuli Rizal, mahasiswa
senior Jurusan Komunikasi Visual ISI Yogyakarta.
Dalam kunjunganya ke kampus
IPMAFA ini, pria yang akrab disapa Zuli ini memberikan pengenalan tentang komunikasi
cinta. Rizal menjelaskan tentang pandangan Harold Laswell yang mengatakan “who
(says) what (to) whom (in) what channel (with) what effect". Menurutnya,
pandangan tersebut memberikan wacana pemahaman yang segar untuk merangsang
kajian dunia komunikasi.
Zuli
juga menerangkan tentang bagaimana memahami audien dengan baik. “Saat target
audience kita kenali dengan baik meliputi bagaimana bad habbit-nya,
kemana suka nongkrong, apakah di kedai kopi atau cafe, termasuk buku apa yang
sering dibaca dan hal lainya, sifat care inilah yang dimaksud dengan cinta”,
jelasnya.
Lebih lanjut, Zuli menegaskan
bahwa dengan memahami kebiasaan target audience (komunikan) maka seorang komunikator
dapat secara halus memasukkan sugesti tentang isi ataupun pesan yang hendak disampaikan
seperti promo produk atau bentuk lain melalui kata ataupun simbol-simbol
tertentu. Kemudian faktor lain yang tidak kalah penting adalah memahami psikis,
media sosial apa yang sering digunakan target audience.
Diskusi
bersama Zuli ini diselenggarakan setelah mata kuliah komunikasi selesai. Meski
diskusi dikemas secara informal namun cukup berbobot. Suasananya pun cukup mendukung
karena bertempat di kantin kampus agar dialog berlangsung cair dan penuh
keakraban.
Tampak animo mahasiswa saat
sesi interactif dibuka, Mohammad Rujhan dari prodi KPI menanyakan bagaimana
supaya proses komunikasi cinta ini bisa diterima dengan baik oleh target
audience. Zuli menjelaskan secara gamblang tentang kondisi Sosial Ekonomi
Status (SES) target audience yang juga wajib diketahui. Bentuk komunikasi bicara
harus disesuaikan dengan melihat apakah audien termasuk kalangan atas, menengah
atau bawah. “Ini adalah hal mendasar sehingga kita tidak salah dalam
menggunakan kata-kata, how to say kepada audien kita”, pungkasnya.
Reporter
: Hariyanto Ar
No comments
Post a Comment