Oleh : Sofyah Mohammad
Editor: Muhamad Nuraeni
Penulis adalah adalah anggota NU yang pernah berkesempatan ndereake aktifitas Gus Rozin
Kami mungkin hanya golongan santri, namun cinta pada negeri suci tidak ternoda, hubbul waton minal iman.
Quotes tersebut diatas cukup populer bagi kalangan santri di pondok pesantren. Kehidupan santri tak hanya menuntut ilmu dengan berkutat dengan kitab kitab saja, sebagian waktu diantaranya santri juga belajar bagaimana caranya menjalani hidup. Melalui pesantren, mereka bertemu sosok tokoh yang disegani, dijadikan panutan, hingga berinteraksi dengan menggunakan tehnologi informasi.
Perkembangan zaman dengan membanjirnya arus informasi - komunikasi juga menembus bilik bilik pondok pesantren. Dalam hal ini santri perlu merespons perkembangan teknologi informasi dengan bijak dan seimbang.
Gus Rozin atau KH. Abdul Ghoffar Rozin sebagai seorang ulama pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda (PMH) Kajen, Pati, Jawa Tengah memberikan pokok pikiran terkait beberapa alasan mengapa santri perlu merespon perkembangan teknologi informasi.
Gus Rozin menyampaikan sangat perlu untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
Santri dapat memanfaatkan internet, perangkat lunak edukatif dan sumber daya online lainnya untuk meningkatkan pemahaman mereka dalam berbagai disiplin ilmu.
Teknologi informasi memungkinkan santri untuk menyebarkan dakwah dan ilmu pengetahuan secara lebih luas. Dengan adanya media sosial, blog, atau platform berbagi video, santri dapat berbagi pemikiran, ceramah, atau tulisan dengan lebih mudah dan efektif.
Dengan adanya internet, santri dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Ini memungkinkan mereka untuk memperluas pengetahuan mereka dan mengikuti perkembangan terbaru dalam berbagai bidang, termasuk agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Teknologi informasi, seperti simulasi komputer atau perangkat lunak interaktif, dapat membantu santri dalam memperoleh pengalaman yang lebih nyata dan mendalam dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Dengan menggunakan teknologi informasi, santri dapat mengelola waktu mereka dengan lebih efisien. Misalnya, mereka dapat menggunakan aplikasi pengelola waktu atau perangkat lunak produktivitas untuk mengatur jadwal belajar, mengingatkan tugas-tugas, atau mencatat catatan penting.
Lebih lanjut pemegang gelar Master Of Educations (M.Ed) dari Monash University Asutralia ini menerangkan beberapa tantangan Pesantren di Era Digital yang dapat mempengaruhi cara mereka mengajar dan menjalankan kegiatan sehari-hari.
Gus Rozin yang pernah menjabat sebagai ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) yang merupakan salah satu badan otonom (Banom) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan basis pesantren yang jumlahnya kurang lebih sebanyak 23.000 pesantren di seluruh Indonesia menjelaskan ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi pondok pesantren di era digital yaitu :
- Akses terhadap internet yang terbatas di beberapa daerah. Jika pondok pesantren tidak memiliki akses internet yang memadai, mereka mungkin kesulitan mengakses sumber daya online, kurikulum digital, atau platform pembelajaran jarak jauh.
- Dengan menerapkan teknologi dalam kurikulum pesantren bisa menjadi tantangan, sebab hal ini memerlukan waktu, pelatihan dan sumber daya untuk mengintegrasikan teknologi dengan metode pengajaran tradisional yang telah ada.
- Di era digital, ancaman keamanan seperti malware, serangan siber dan pencurian identitas menjadi lebih umum. Untuk itu Pondok pesantren perlu memperhatikan keamanan digital agar data santri dan informasi penting lainnya tidak terancam.
Lebih lanjut Khatib Syuriah PBNU ini menjelaskan adanya tantangan lain yaitu adanya keterbatasan Sumber Daya, sebab saat ini tidak semua pondok pesantren memiliki dana atau sumber daya untuk mengadopsi teknologi secara luas. Mereka mungkin kesulitan memperoleh perangkat keras dan perangkat lunak terbaru yang diperlukan untuk mendukung pendidikan digital.
Tantangan Sosial dan Budaya
Sebagai orang yang sejak kecil hidup dilingkungan pesantren Gus Rozin menjelaskan jika pondok pesantren memiliki tradisi dan nilai-nilai yang khas. Pengenalan teknologi dapat mempengaruhi dinamika sosial dan budaya di dalam pondok pesantren. Tantangan ini membutuhkan pendekatan yang hati-hati untuk memastikan bahwa nilai-nilai inti dan identitas pesantren tetap terjaga.
Dalam era digital, pesantren perlu menghadapi pengaruh konten digital yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai agama dan pendidikan yang mereka anut. Hal ini membutuhkan upaya tambahan untuk mengajarkan pemahaman yang kritis terhadap konten digital dan mempromosikan penggunaan teknologi yang positif.
Terkait dengan potensi adanya ketergantungan pada teknologi Gus Rozin menjelaskan dalam beberapa kasus, ketergantungan pada teknologi dapat mengurangi keterampilan tradisional yang biasanya diajarkan di pondok pesantren, seperti keterampilan bertani, kerajinan tangan, atau baca tulis Al-Qur'an. Dalam hal ini maka penting bagi pondok pesantren untuk mencari keseimbangan antara pendekatan tradisional dan penggunaan teknologi.
Lebih lanjut Gus Rozin menjelaskan meskipun pondok pesantren menghadapi tantangan dalam mengadopsi teknologi digital, juga ada peluang besar yaitu dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat meningkatkan akses pendidikan, memperluas jangkauan pesantren, dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Penting bagi pondok pesantren untuk terus beradaptasi dengan perubahan zaman sambil mempertahankan nilai-nilai dan tradisi mereka.(*)
Sumber: https://www.harian7.com/2023/07/mengenal-sosok-gus-rozin-tantangan-dan.html
No comments
Post a Comment