Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Institut
Pesantren Mathali'ul Falah (IPMAFA) mempresentasikan lima maket miniatur
kawasan ekowisata di wilayah Pati dan sekitarnya, Kamis (24/1/2019).
Objek maket berupa wisata alam, yakni kawasan Sungai Gulang Pongge di Gunungwungkal, Kebun Warung Bambu di Desa Sekar Gunungwungkal, wisata Pantai Mangrove di Desa Kertomulyo Margoyoso, Gunung Muria Natas Angin Desa Rahtawu Kudus, dan wisata Pantai Wates Rembang.
Dosen
pembimbing proyek maket tersebut, Mohammad Zuli Rizal, menjelaskan
bahwa selain menjadi tugas mata kuliah Tata Artistik, proyek tersebut
juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat memberi solusi secara kreatif
terhadap permasalahan di sekitar.
"Mereka diarahkan mengamati bahwa Pati sebetulnya memiliki wisata alam yang sangat indah dan menarik. Namun, tak sedikit dari potensi alam tersebut belum tersentuh oleh pihak pemerintah maupun lembaga masyarakat setempat," terang Zuli pada tahap penilaian, Jumat (25/1/2019).
Menurut Zuli, potensi alam yang ada mestinya dikembangkan menjadi kawasan wisata, konservasi, dan sarana edukasi. Selain itu juga dapat menjadi sumber ekonomi kreatif masyarakat. Khususnya bagi warga desa yang aktivitas perekonomiannya hanya mengandalkan hasil pertanian konvensional.
Maket-maket berskala 1:500 tersebut dibuat dari bahan-bahan sederhana, antara lain styrofoam, kertas dupleks, dan daun kering.
Satu di antara mahasiswa, Ana Lutfiana, menjelaskan, sebelum membuat maket mereka terlebih dulu mengobservasi beberapa tempat di Pati dan sekitarnya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata. Ada pula tempat wisata yang sudah ada namun belum dikelola secara maksimal. Masa observasi ialah satu bulan.
"Setelah observasi, maket dikerjakan selama satu pekan," jelas Ana.
Zuli Rizal menilai maket wisata Pantai Mangrove sebagai yang terbaik. Menurutnya, penyajiannya realistis dan aplikatif.
"Mereka membuat walking way dari kayu melingkari kawasan Mangrove sehingga pengunjung dapat mengelilingi area lumpur dengan nyaman. Mereka juga membuat brand wisatanya, yakni Mangrovacation," terangnya.
Zuli berharap, maket ini dapat menjadi saran bagi pemerintah dan pelaku wisata untuk dapat membuat konsep kawasan wisata yang tertata artistik, terbranding dengan baik, dan mengedepankan aspek konservasi alam, edukasi, serta kenyamanan wisatawan.
Caption
1. Maket Wisata Pantai Mangrove Desa Kertomulyo, Margoyoso, Pati
2. Mahasiswa Prodi KPI IPMAFA, Margoyoso, Pati, menunjukkan maket ekowisata karya mereka, Kamis (24/1/2019).
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Mahasiswa IPMAFA Ciptakan Maket Ekowisata, Kembangkan Potensi Wisata Kabupaten Pati, http://jateng.tribunnews.com/2019/01/25/mahasiswa-ipmafa-ciptakan-maket-ekowisata-kembangkan-potensi-wisata-kabupaten-pati?fbclid=IwAR2scwPDLvVCsyBDl6JOmzslnM7Bg3fvDKaXyrQXqQUvjFNX14GSsaFHgyk.
Penulis: Mahfira Putri Maulani
Editor: galih permadi
Objek maket berupa wisata alam, yakni kawasan Sungai Gulang Pongge di Gunungwungkal, Kebun Warung Bambu di Desa Sekar Gunungwungkal, wisata Pantai Mangrove di Desa Kertomulyo Margoyoso, Gunung Muria Natas Angin Desa Rahtawu Kudus, dan wisata Pantai Wates Rembang.
"Mereka diarahkan mengamati bahwa Pati sebetulnya memiliki wisata alam yang sangat indah dan menarik. Namun, tak sedikit dari potensi alam tersebut belum tersentuh oleh pihak pemerintah maupun lembaga masyarakat setempat," terang Zuli pada tahap penilaian, Jumat (25/1/2019).
Menurut Zuli, potensi alam yang ada mestinya dikembangkan menjadi kawasan wisata, konservasi, dan sarana edukasi. Selain itu juga dapat menjadi sumber ekonomi kreatif masyarakat. Khususnya bagi warga desa yang aktivitas perekonomiannya hanya mengandalkan hasil pertanian konvensional.
Maket-maket berskala 1:500 tersebut dibuat dari bahan-bahan sederhana, antara lain styrofoam, kertas dupleks, dan daun kering.
Satu di antara mahasiswa, Ana Lutfiana, menjelaskan, sebelum membuat maket mereka terlebih dulu mengobservasi beberapa tempat di Pati dan sekitarnya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata. Ada pula tempat wisata yang sudah ada namun belum dikelola secara maksimal. Masa observasi ialah satu bulan.
"Setelah observasi, maket dikerjakan selama satu pekan," jelas Ana.
Zuli Rizal menilai maket wisata Pantai Mangrove sebagai yang terbaik. Menurutnya, penyajiannya realistis dan aplikatif.
"Mereka membuat walking way dari kayu melingkari kawasan Mangrove sehingga pengunjung dapat mengelilingi area lumpur dengan nyaman. Mereka juga membuat brand wisatanya, yakni Mangrovacation," terangnya.
Zuli berharap, maket ini dapat menjadi saran bagi pemerintah dan pelaku wisata untuk dapat membuat konsep kawasan wisata yang tertata artistik, terbranding dengan baik, dan mengedepankan aspek konservasi alam, edukasi, serta kenyamanan wisatawan.
Caption
1. Maket Wisata Pantai Mangrove Desa Kertomulyo, Margoyoso, Pati
2. Mahasiswa Prodi KPI IPMAFA, Margoyoso, Pati, menunjukkan maket ekowisata karya mereka, Kamis (24/1/2019).
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Mahasiswa IPMAFA Ciptakan Maket Ekowisata, Kembangkan Potensi Wisata Kabupaten Pati, http://jateng.tribunnews.com/2019/01/25/mahasiswa-ipmafa-ciptakan-maket-ekowisata-kembangkan-potensi-wisata-kabupaten-pati?fbclid=IwAR2scwPDLvVCsyBDl6JOmzslnM7Bg3fvDKaXyrQXqQUvjFNX14GSsaFHgyk.
Penulis: Mahfira Putri Maulani
Editor: galih permadi
No comments
Post a Comment