Profil Prodi KPI IPMAFA 2021

Dosen Idaman Mahasiswa IPMAFA - Antara Problem Komunikasi dan Media Refleksi

 

Siapa sih yang tidak punya dosen idaman di kampus, minimal ya merasa bahagia kalau dosen itu mengajar dikelas. Disamping banyak nya tugas kuliah seperti makalah, presentasi, diskusi, penelitian, observasi, wawancara , membaca, menulis dan perintilanya,  dosen dosen idaman tentunya sangat dinanti oleh mahasiswa. 

Ibarat kata, kalau diajar oleh dosen idaman. So pasti sangat menyenangkan, rasanya jiwa bahagia, jiwa kritis itu tumbuh, dan kita pun lebih mudah menangkap pelajaran dari masing masing mata kuliah. Kira-kira apa saja kriteria dosen idaman menurut mahasiswa IPMAFA, apakah itu humoris, ganteng/cantik, komunikatif dan kriteria lainya.

Berdasarkan hasil survey mahasiswa yang dilaksanakan Kru LPM Analisa IPMAFA secara online, ternyata dosen idaman mereka adalah dosen yang komunikatif dan supportif. Dosen Supportif menempati presentase  45,9%  dari 98 responden, kemudian presentase tertinggi yaitu 51% mahasiswa memilih dosen yang komunikatif. Sementara dosen humoris, cantik dan ganteng menempati presentase rendah yakni 19,4% untuk dosen cantik dan ganteng, dan 44,9% untuk dosen humoris.

Dosen Komunikatif 

Dosen komunikatif banyak disukai oleh mahasiswa. Dosen tipe ini bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dia mampu menjelaskan konsep teori yang rumit sehingga mudah dipahami. Apalagi jika dosen tersebut asik, ramah, enak diajak ngobrol, tentu hal ini akan meningkatkan motivasi dan minat mahasiswa untuk belajar bersamanya. 

“Dosen yang komunikatif menurut saya adalah dosen yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan mahasiswa. Mereka asik dalam menyampaikan informasi, menjawab pertanyaan, dan terbuka untuk diskusi. Mereka mendorong komunikasi dua arah yang memperkuat pemahaman dan keterlibatan mahasiswa,” tutur mahasiswa berinisial AD

Namun  kemampuan komunikasi seorang dosen bukan hanya dari segi pengajarannya saja, tapi diluar hal itu misalkan ketika mahasiswa memiliki keperluan dengan dosen dalam organisasi atau akademik, mahasiswa berharap bila sang dosen bersangkutan gampang dihubungi dan ditemui. 

“Kita tentunya sangat mengidam-idamkan dosen yang perhatian pada mahasiswanya, rasanya bagai tertimpa durian runtuh bila kita mendapatkan dosen macam begini. Khusunya dalam pembelajaran di kelas, karena pola komunikasi seorang dosen dan mahasiswanya termasuk bagian yang urgen selama proses pembelajaran,” tambah SP mahasiswi PIAUD yang enggan disebut namanya.

Dosen Supportif 

Dosen yang supportif juga merupakan idaman mahasiswa IPMAFA, hal ini dapat dilihat dari 46,9% dari 98 mahasiswa IPMAFA mengidamkan dosen supportif. Apalagi bila sang dosen mampu memotivasi dan mendorong potensi dan pengembangan diri mahasiswa, walaupun tidak berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan di kelas. 

“Dosen yang supportif tidak hanya berfokus pada penilaian kuantitatif semata, Namun juga aktif memberi saran dan kritik yang membangun pada tugas-tugas kita, “ ujar habib mahasiwa PBA

Mahasiswa sebetulnya lebih membutuhkan feedback saran dan kritik  tersebut agar tahu mana bagian yang salah dan bagaimana ia bisa memperbaiki hal tersebut. Lagipula bagaimana mahasiswa mengetahui salahnya di mana jika hanya berbekal nilai sekian? Penjelasan atas suatu kesalahan dalam pengerjaan tugas lebih efektif, sehingga mahasiswa bisa memahami materi secara mendalam. 

“Dosen yang supportif akan memberikan dukungan dan perhatian kepada mahasiswa. Mereka mendengarkan masalah, memberikan bimbingan, dan memberikan motivasi agar mahasiswa dapat mencapai potensi terbaik mereka. Seperti dosen saya...heeee," terang salah satu mahasiswa KPI berinisial SY.

Problema

-Komunikasi

Saat  kru LPM mewawancarai salah satu mahasiswa PGMI pada 20 /06/23 tiba tiba pada pagi itu terdapat mahasiswa berinisial JH yang sangat bersemangat untuk berangkat kuliah. Saat bertemu dengan teman-teman lain di depan ruang perkuliahan, tiba-tiba sang dosen, tokoh yang akan memberi mahasiswa pengetahuan, memberitahukan secara mendadak bahwa dia tidak bisa hadir karena ada beberapa urusan. Mendengarnya, jelas kami yang sudah tiba kampus ikut kecewa melihat nya.

Akhirnya beberapa teman memutuskan untuk ngopi dalam rangka menghibur diri, ada juga yang sumringah karena mendapatkan waktu lebih untuk bertemu seeorang, ada pula yang mencari tempat lain untuk  melakukan pembelajaran. Tidak sedikit yang pasrah dengan keadaan. 

Ternyata problem komunikasi tidak sekedar berdampak pada mahasiswa. Disamping itu, juga terjadi  pada dosen yang mencari-cari kelas, karena mahasiswa yang tidak melakukan konfirmasi.  Al hasil memang ada beberapa kejadian kecil yg membuat  dosen kesal.

 "Memang ada kejadian kelas yang saya masuki kosong dan saya tunggu sampe setengah jam juga masih belum datang mahasiswa nya, akhirnya saya catat alpa semua karena tingkat keterlambatannya terlalu parah tanpa ada konfirmasi," terang  pengalaman salah satu dosen IPMAFA saat diwawancarai kru LPM secara online pada 24/06/23.

Selanjutnya adalah problem komunikasi lewat chat kepada dosen yang menjadi jalan termudah di saat kuliah, terutama saat daring. Disamping caranya yang cukup mudah, hanya bermodalkan jaringan internet, smartphone, dan niat. Tentu mengirim chat ke dosen bukan beban, karena mahasiswa membutuhkan jawaban dari mereka. Tapi, respon dosen menuai respon dan hal yang berbeda. 

“Ada dosen yang super baik. Dosen tipe ini jika ditanya mengenai sesuatu pasti langsung memberikan jawaban dengan jelas bahkan sampai panjang sekali. Seakan mereka tidak takut waktunya terbuang untuk menjawab pesan. Bukan hanya bagi kepentingan kelas, pertanyaan menyangkut pribadi mahasiswa juga dijawab dengan lugas dan sangat jelas. Beruntunglah mahasiswa yang menjalin komunikasi dengan dosen macam tipe ini sangat komunikatif dan responsive sekali,” Papar mahasiswa PS (Perbankan syari’ah)

"Selain itu ada  yang Cuma di read, dijawab satu huruf  Y, atau sudah menjawa A tiba-tiba hari kedua pindah B,” tambahnya.

Bukan tanpa alasan adanya respon dosen yang seperti itu sering terjadi. Alasan yang pertama bisa jadi mahasiswa lupa atau tidak menyampaikan sapaan yang sopan. Siapapun pasti merasa kesal jika menerima pesan dengan sapaan yang tidak sopan. Misalkan “Posisi dimana pak,” kalimat ini disampaikan oleh salah satu mahasiswa IPMAFA kepada kru LPM. Ia mengaku beberapa dosen sebal dengan pesan WhatsApp dari mahasiswa yang kurang sesuai seperti tidak salam, tidak perkenalan, maksud dan tujuan pun tidak dijelaskan. Hanya bertanya "posisi dimana pak, saya mau ketemu.! sekarang"

Terkadang mahasiswa juga sudah berusaha sopan, identitas pribadi jelas, tapi waktunya tidak tepat misal WhatsApp pada jam 12 malam, maka yg terbaik adalah mahasiswa bersikap husnudzon dan positif thinking bahwa dosen sedang sangat sibuk dengan berbagai urusan.

Meski WA yang tidak sopan tidaklah satu-satunya alasan untuk tidak dijawab oleh dosen, tapi setidaknya mahasiswa sudah berusaha baik dalam berkomunikasi dengan dosen. Karena biasanya pesan mahasiswa yang tidak dibalas disebabkan beberapa hal seperti  pesan tidak berkenan di hati, alias tidak beretika, salah waktu. Jika menghubungi di waktu sibuk biasanya akan terlewatkan, kemudian terlupakan, meski tampak pesan tersebut sudah terbaca, lebih suka ditelpon, dan bisa jadi Pulsa/paket data internet habis.

-Kedisiplinan

Bukankah memang menjadi realita bahwa tugas seorang dosen bukan hanya tentang bagaimana mengajar dengan baik, supportif dan komunikatif dengan mahasiswa nya. Selain itu, mereka juga harus melakukan pengembangan akademik, keterampilan mengajar, urusan administrasi dan masalah lain seperti kegiatan penelitian, keperluan keluarga yang menjadikan seorang dosen merubah jadwal perkuliahan dan bimbingan dikampus, Toh masih ada beberapa mahasiswa yang kurang mendisiplinkan diri ketika membuat janji bertemu dengan dosen, atau sebaliknya.

Banyak cerita dosen yang janjian dengan mahasiswa, mahasiswa telatnya berjam-jam bahkan ngilang tidak memberi kabar, saat dosen pulang mahasiswa baru merespon.

"Banyak juga mahasiswa yang sesuai waktunya, mau menunggu dosen agar tidak merepotkan," terang Dosen IPMAFA 

Jika dosen mempunyai tugas lain yang lebih urgen kenapa harus menunggu kemoloran waktu yang menjenuhkan. Oleh karena itu, selain mengidamkan dosen perhatian, supportif dan komunikatif. Mahasiswa sendiri juga perlu untuk meningkatkan jiwa tanggung jawab, kedisiplinan, kritis, mau belajar, dan berkembang. Bukannya hobi meminta hak, tapi kewajiban tidak dilakukan dengan baik.

Dalam hal lain, ada juga problem Dosen selama satu semester masuk kelas cuma 4 atau 5 kali. Bukan masalah sudah selesai materinya. Tetapi saat di tanyakan ke salah satu dosen oleh redaksi LPM, ternyata karena tugas yang telah tenggat deadline belum dikerjakan. Akhirnya dosen tidak akan masuk kelas sebelum semua tugas terkumpul.

"Sampai sekarang masih ada beberapa temen mahasiswa dikelas yang belum mengumpulkan tugas. Ini menjadi alasan saya tidak berkenan masuk kelas," terang salah satu dosen IPMAFA 

Seorang pendidik yang profesional akan menempatkan dirinya layaknya orang tua sendiri bagi anak didik. Begitu juga dengan dosen dan mahasiswa, hubungan antar guru dan murid, sama sama memberikan ilmu, pengalaman dan penanaman karakter. Kriteria komunikatif dan supportif memang menjadi 2 hal yang diidamkan mahasiswa dari seorang dosen, akan tetapi juga harus diimbangi dengan sikap mahasiswa. 

Berangkat dari dua jenis problem komunikasi dan kedisiplinan yang dipaparkan diatas, mahasiswa juga perlu untuk merefleksi kenapa sikap dosen acuh, atau tidak respon ketika di WhatsApp. Kemudian juga sering mengganti jadwal kuliah atau tiba tiba jamkos (jam kosong). Bisa jadi mahasiswa nya kurang berkoordinasi terkait waktu, WhatsApp pada malam hari, mungkin karena seringnya  mengirim pesan WA ke teman-teman, giliran kirim pesan ke dosen seperti WA ke sesama mahasiswa atau teman dekat sendiri. Walhasil WA yang kita kirim terkesan tidak sopan dan kurang beretika. Atau bisa jadi Dosen nya lupa karena saking banyaknya kegiatan A B C dan D, atau bisa mahasiswa nya kurang disiplin. Semua dapat ditinjau dari berbagai aspek.

Kembali lagi bahwa masalahnya terletak pada komunikasi, komunikasi yg tidak dibangun dengan baik akan menimbulkan  banyak problem antara dosen dan mahasiswa. Begitu juga dengan support seorang dosen yang menjadi salah satu faktor yang dibutuhkan mahasiswa untuk mengembangkan potensi. Oleh karena itu, tipe komunikatif dan supportif menjadi dua kriteria dosen idaman mahasiswa IPMAFA dengan presentase tertinggi. (Kamal/Bib/Red).

Sumber: LPM Analisa

Launching Jurnal Fak. Dakwah: Tak Perlu Hidup Dua Kali untuk Menulis dan Mengabdi

  

Keynote Speaker Sri Naharin, MSI dalam kegiatan Launching Jurnal Fakultas Dakwah IPMAFA, Al-I'timad dan Mu'ashir di Aula II, Rabu (31/05/2023).
Redaksi IPMAFA - Kita tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk hidup dua kali. Sekali mendayung kita bisa mengabdi sekaligus menulis. Sekali mendayung kita menulis sekaligus melakukan perubahan-perubahan. Tulisan kita dapat ber-impact (berdampak) terhadap perubahan-perubahan masyarakat.

Demikian disampaikan Dekan Fakultas Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati, Sri Naharin M.S.I. saat memberikan komentar terhadap Quotes Filsuf Hasan Hanafi.

Ungkapan tersebut disampaikan Naharin yang sekaligus menjadi Keynote Speaker dalam kegiatan Launching Jurnal Fakultas Dakwah IPMAFA, Al-I'timad dan Mu'ashir di Aula II, Rabu (31/05/2023).

Quotes Filsuf Hasan Hanafi yang dimaksud adalah “seandainya saya diberi kesempatan oleh Tuhan bisa hidup dua kali, hidup pertama saya, saya curahkan untuk menulis. Hidup kedua saya, saya curahkan untuk mengabdi kepada masyarakat.”

“Ini tidak berlaku bagi fakultas dakwah. Kenapa demikian? Karena bagi fakultas dakwah mengabdi dan riset merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,” tegasnya.

Naharin menambahkan, fakultas dakwah memiliki banyak peluang untuk berkarya. Menurutnya IPMAFA sebagai perguruan tinggi riset secara otomatis mengedepankan proses belajar by research.

Dimana fakultas dakwah, imbuhnya, sudah mendesain sejak awal bahwa proses belajar di kelas terdiri dari 70% riset dan 30% teori.

“Tentu kita para dosen dengan keberadaan dua jurnal ini lebih bisa mendesain pembelajaran di kelas dengan mini-mini riset yang dapat dikolaborasikan dengan para dosen dan stakeholder di lapangan,” terang Naharin.

Pengampu Matakuliah Participation Action Research (PAR) tersebut juga menyinggung riset berdasarkan pengabdian dapat menjadi berdampak untuk transformasi sosial, berkontribusi untuk perubahan sosial, terlebih ketika berkhidmat di masyarakat.

“Khidmah-khidmah kita bisa dikontruksi menjadi karya-karya ilmiah yang kemudian bisa menjadi semacam contoh yang memotivasi penyebaran kemanfaatan bagi orang lain,” paparnya.

Tak lupa dirinya mungucapkan terimakasih atas kerja keras dan sikap pantang menyerah dari para dosen dan mahasiswa dalam upaya mempublikasikan jurnal pengabdian tersebut.

“Kerja keras dari berbagai tim ini mampu menghasilkan karya yang besar. Kita bersyukur dengan hadirnya jurnal ini, berharap menjadi media bagi para dosen dan mahasiswa, terutama di fakultas dakwah untuk semangat berkarya, menulis,” pungkasnya. (Nis-03/Uha-01)

Fakultas Dakwah IPMAFA Launching Dua Jurnal Sekaligus

   

Foto Bersama usai peresmian secara simbolis launching Jurnal Fakultas Dakwah IPMAFA, Al-I'timad dan Mu'ashir di Aula II, Rabu (31/05/2023).

Redaksi IPMAFA – Al-I’timad dan Mu’ashir merupakan dua jurnal baru yang berhasil diluncurkan Fakultas Dakwah Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) di Aula II pada Rabu (31/05/2023) dan diikuti 42 peserta, terdiri dari dosen dan mahasiswa.

Al-I’timad merupakan Jurnal Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang diterbitkan oleh Program Studi (Prodi) PMI.

Ia sekaligus menjadi wadah bagi para akademisi untuk berkontribusi karya penelitian dan tulisan mereka tentang pengembangan masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, advokasi sosial, pendampingan masyarakat, pengembangan sosial, kebijakan sosial, hingga masalah sosial.

Sedangkan Mu’ashir merupakan Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam yang diterbitkan oleh Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IPMAFA. Mu’ashir terbit dua kali dalam setahun (Mei dan Oktober). Ia didedikasikan untuk publikasi hasil penelitiankajian dakwah dan komunikasi Islam.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPMAFA M. Sofyan Alnashr M.Pd.I menuturkan selain menambah jumlah jurnal yang sudah ada sebelumnya, terbitnya Al-I’timad dan Mu’ashir semakin meramaikan khazanah ilmu pengetahuan dan sumber referensi semua kalangan.

“Jadi ini buah dari perjuangan teman-teman semuanya saya kira, baik dari tim Al-I’timad dan Mu’ashir. Juga suatu kebanggaan karena di tahun 2018 kami hanya mentargetkan 3 jurnal yang akan bertambah dari masing-masing fakultas, baik Tarbiyah, Syariah, dan Dakwah. Ternyata di luar ekspektasi lebih dari itu tahun ini ditampilkan tadi sudah ada 8 jurnal di Jurnal IPMAFA,” terang Sofyan.

 Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPMAFA M. Sofyan Alnashr M.Pd.I saat memberikan sambutan dalam Launching Jurnal Fakultas Dakwah IPMAFA, Al-I'timad dan Mu'ashir di Aula II, Rabu (31/05/2023).

Ia menambahkan, jurnal penelitian menjadi wadah penting dalam menampung ide, gagasan dan penelitian dosen sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. Secara umum, hasil penelitian dosen maupun mahasiswa yang diterbitkan pada jurnal untuk menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat.

Sofyan berharap terbitnya dua jurnal tersebut dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Kalau tidak dipublikasikan, ya kita tidak akan tahu apa yang sudah dilakukan. Jika karya sudah diterbitkan, maka akan menjadi konsumsi publik, bisa dilihat, dibaca,” katanya.

Himbauan Warek 1: Kelola Serius!

Dalam kegiatan Launching tersebut, Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. A. Dimyati melalui sambutannya, menghimbau kepada LPPM dan pengelola semua jurnal yang ada untuk dapat mengelola jurnal dengan serius, dan mencermati dengan betul apakah naskah yang masuk sesuai dengan format jurnal ilmiah atau tidak.

“Sebuah prestasi tersendiri karena sudah semakin banyak wahana, banyak media untuk kita menuangkan gagasan ilmiah di jurnal kita sendiri, tanpa harus bergantung pada jurnal lain,” terang Dimyati.

Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. A. Dimyati saat memberikan sambutan dalam Launching Jurnal Fakultas Dakwah IPMAFA, Al-I'timad dan Mu'ashir di Aula II, Rabu (31/05/2023).

Selain himbauan, Dimyati juga mengucapkan selamat atas terbitnya dua Jurnal Fakultas Dakwah tersebut dan berharap menjadi salah satu mercusuar ilmu pengetahuan.

“Selamat kepada Fakultas Dakwah, LPPM yang sudah mendapatkan Jurnal Al-I’timad dan  Mu’ashir. Mudah-mudahan ini menjadi salah satu mercusuar ilmu bagi Fakultas Dakwah khususnya,” ucapnya. (Nis-03/Uha-01)

DON'T MISS

Podcast, Video, HMPS
KPI IPMAFA © all rights reserved
Designed by KPI Studio