Keberadaan perguruan tinggi adalah sebagai
pusat keunggulan (centre of excellence) yang diharapkan mampu menggali
dan menumbuh kembangkan, sekaligus menyebarluaskan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik (mahasiswa). Hal ini merupakan sebuah tanggung jawab ilmiah dan
akademik. Upaya ini harus diorientasikan atas kepentingan peserta didik dan
masyarakat pengguna jasa pendidikan (stakeholder).
Dalam konteks era globalisasi, pendidikan
mau tidak mau akan memasuki globalisasi pendidikan, dengan globalisasi ini,
menuntut perguruan tinggi untuk lebih terbuka dan transparan serta melakukan
daya banding dan daya saing (benchmark) di tengah lingkungannya, baik
dalam skala lokal maupun global. Antisipasi ke arah ini, telah dituangkan dalam
PP. No. 19 tahun 2005, secara tegas tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
ditetapkan, pada dasarnya memacu praktisi pendidikan, pengelola pendidikan,
para dosen, guru dan masyarakat untuk lebih serius membenahi pendidikan.
Persoalannya, di tengah tuntutan pada era globalisasi pendidikan, justru kita
tengah menghadapi kesulitan dalam mendesain kurikulum pendidikan, pemenuhan
sumber belajar, SDM dan kompetensi Dosen, mutu output/outcome pendidikan,
pembiayaan pendidikan, lemahnya sistem rekrutmen, bahkan SDM pimpinan.
Kenyataan ini semua, turut mempersulit lembaga PTAI se-Indonesia untuk
melakukan inovasi kurikulum, pembaharuan dan pengembangan menjadi perguruan
tinggi yang berkeunggulan berbasis stakeholder.
Upaya untuk mewujudkan perguruan tinggi
yang demikian menuntut keterlibatan semua pihak, termasuk sarana dan fasilitas
lembaga yang ada. Bagaimanapun baiknya mutu raw input (mutu
mahasiswa yang masuk), dosen yang profesional dan berprestasi, sarana dan
fasilitas yang menunjang pengajaran yang baik, akan tetapi tidak didukung oleh
masyarakat, maka tidak akan banyak memberikan andil dalam mewujudkan perguruan
tinggi yang berkeunggulan.
Rendahnya mutu lulusan, lemahnya kebijakan
di bidang pendidikan, kurang memadainya sarana dan prasarana pembelajaran,
sampai kepada rendahnya jenjang pendidikan guru dipandang ikut memperlemah
kompetensi dan profesionalitas pelayanan pendidikan. Kelemahan ini menunjukkan
kegagalan pendidikan dalam melahirkan sarjana di perguruan tinggi, dan hal ini
berarti kegagalan perguruan tinggi dalam menyiapkan kebutuhan pasar bagi output
yang mampu berkompetisi di dunia kerja. Padahal seharusnya mesti ada sinergisitas antara
perguruan tinggi dengan ”pasar” dalam menyerap tenaga kerja.
Selain itu, perguruan tinggi dihadapkan kondisi
masyakarat dengan dinamisasi persoalan yang melekat padanya dari mulai agama,
kebijakan sampai dengan teknologi dan informasi. Isu – isu global, nasional
maupun lokal yang yang terkait dengan dunia media dan informasi misalnya isu
tentang globalisasi informasi melalui media massa yang menimbulkan tantangan
sekaligus peluang bagi dakwah Islam di seluruh dunia. Maraknya isu agama dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia melalui media.
Belum lagi,
isu nasional yang sangat membuka peluang bagi kontribusi sarjana program KPI
yaitu adanya kebijakan pemerintah mengenai undang – undang penyiaran,
menggunakan media untuk aktivitas dakwah, expose konflik – konflik agama
melalui media dan mulai marak munculnya media – media lokal terutama
radio dan televisi lokal yang menarik animo masyarakat dari berbagi kalangan.
Media ke
depan akan menjadi kebutuhan masyarakat untuk menyebarkan dan mendapatkan
informasi. Selain itu, mediajuga dibutuhkan sebagai counter dan filter dari dampak globalisasi yangcenderung
merusak nilai-nilai moral (akhlak)
anak bangsa. Diperlukan
adanya perlindungan atau proteksi (protection) terhadap dampak
globalisasi di bidang moral, flight SDM, hilangnya akar budaya masyarakat
setempat (lokal) meskipun pengaruh globalisasi sangat gencar dan cenderung
lebih modern. Dengan kata lain, diperlukan adanya kemandirian SDM bagi
pembangunan manusia seutuhnya.
Maka idealnya
media harus mampu berkontribusi dalam peningkatan kualitas agama, moral,
pendidikan dan seterusnya dalam masyarakat. Sebagai konsekuensinya media harus
terdidik, dengannya dibutuhkan tenaga – tenaga terdidik, berkompeten,
profesional dan menjunjung tinggi moralitas sebagai pengelolanya.
Dipandang dari sudut demografis, sesuai
data BPS disebut bahwa kepadatan penduduk pada lima propinsi di Jawa secara
berturut adalah DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa
Barat. Pati adalah daerah yang terletak di pantai utara yang secara geografis
daerah ini tidak
menguntungkan. Jika masyarakat Pati ingin kuliah ke Semarang letaknya jauh.
Demikian juga ke Surabaya, apalagi ke Yogyakarta. Belum lagi biaya hidup di
perkotaan sangat tinggi dan perlu diingat 90% penduduk Kabupaten Pati
ekonominya menengah ke bawah, oleh karena itu banyak sekali para lulusan Madrasah Aliyah di Kabupaten Pati yang tidak
melanjutkan kuliah.
Karena banyaknya lulusan Aliyah yang tidak
melanjutkan pendidikan tinggi, tentu saja berpengaruh kepada minimnya wahana penciptaan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas, baik dari sudut penguasa ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun kemampuan penguasaan mental spiritual (iman dan taqwa). Selain itu,
banyaknya kebutuhan di masyarakat terkait dengan tenaga profesional di
bidang komunikasi dan penyiaran.
Kondisi yang demikian inilah yang menimbulkan pemikiran tersendiri bagi
praktisi dan pemerhati pendidikan di daerah kabupaten Pati termasuk diantaranya
adalah pengurus Yayasan Nurussalam Kajen.
Yayasan Nurussalam Kajen, diantaranya
mengelola pondok Pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah yang
dirintis sejak tahun 1912.
Pendirian perguruan tinggi yang berbasis riset dan nilai-nilai pesantren dan
menyelenggarakan prodi sesuai dengan kebutuhan masyarakat menjadi sebuah
harapan besar. Oleh karena itu Yayasan Nurussalam Kajen
dalam hal ini Institut Pesantren Mathaliul Falah merasa terpanggil untuk
mewujudkan kajian-kajian yang berbasis pada kebutuhan publik, menyelenggarakan
pengajaran dan penelitian.
Berangkat dari pertimbangan di atas, program
studi baru KPI ini didirikan sebagai usaha untuk meningkatkan peran serta
yayasan yang bersangkutan dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa
selaras dengan kebijakan pemerintah dalam pembangunan di bidang pendidikan yang
diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penyediaan tenaga
kerja komunikasi dan penyiaran yang profesional di media – media massa. Hal ini
didasarkan kepada tuntutan dan kebutuhan pembangunan dalam usaha mempersiapkan
sumber daya manusia yang qualified dalam menghadapi era persaingan
global.
Ditunjang oleh lokasi yang strategis,
serta sarana prasarana yang mendekati cukup baik untuk menunjang kegiatan
akademik maupun kemahasiswaan, serta memperhatikan animo masyarakat terhadap
program studi KPI dirasakan semakin meningkat serta mempunyai prospek yang
cukup cerah.
IG IPMAFA